Filsafat
merupakan Induk Ilmu. Istilah Filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani,
yaitu philein atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau
sophos yang berarti kebijaksanaan. Maka filsafat memiliki arti yaitu cinta
terhadap kebijaksanaan. Filsafat juga mempunyai definisi lain, selain filsafat
berarti cinta kebijaksanaan, filsafat juga dapat didefinisikan sebagai hasil
berfikir dan sikap hidup atau pandangan hidup. Karena filsafat merupakan
sebagai hasil berfikir maka filsafat mempunyai tugas dalam perkembangan
pemikiran manusia, diantaranya filsafat telah melaksanakan tiga peran utamanya
yaitu filsafat telah mampu mengubah pengetahuan, tradisi dan kebiasaan
masyarakat , dengan berfikir pula
manusia terbebas dari kebodohan dan filsafat juga membimbing manusia untuk
berfikir secara masuk akal.
Kebenaran
Filsafat tidak bersifat mutlak, karena pikiran setiap para filsuf tidak sama, apabila
menurut filsuf satu benar namun belum tentu benar pula menurut filsuf lain, filsafat
bersifat benar hanya untuk filsuf itu dan para pengikutnya saja namun meskipun
tidak sama setiap filsuf tidak dapat saling menjatuhkan tentang kebenaran yang
masing-masing filsuf tersebut fikirkan, maka dengan demikian kebenaran filsafat
dapat disebut kebenaran yang bersifat subjektif-pararelistik.
Dalam
filsafat terdapat beberapa cabang, diantara cabang filsafat terdapat filsafat
pendidikan yang berkedudukan sebagai filsafat khusus dan filsafat terapan. Para
calon pendidik dianjurkan untuk mempelajari filsafat pendidikan, karena dengan
kita mempelajari filsafat pendidikan maka kita sebagai calon pendidik sedang
berusaha untuk dapat bersikap kritis dengan praktek pendidikan sehingga para
calon pendidik dapat mengetahui kemana seharusnya pendidikan itu diarahkan dan
memberikan kita sebagai calon guru wawasan tentang hakikat pendidikan.
Filsafat
pendidikan pun memiliki objek studi. Ojek material dari filsafat pendidikan
adalah pendidikan, sedangkan objek formalnya yaitu semua permasalahan atau
pertanyaan mengenai pendidikan yang bersifat mendasar, karena para filsuf
banyak mempertanyakan atau mempermasalahkan pendidikan secara menyeluruh namun
hanya yang bersifat mendasar saja.
Namun
memang ketika kita sedang mempelajari flisafat pendidikan tidak jarang pula
kita merasa bingung untuk menentukan aliran mana yang baik untuk diterapkan
dalam sistem pendidikan di Indonesia, karena dalam mempelajari filsafat
pendidikan didalamnya terdapat beberapa aliran yang memang masing-masing aliran
tersebut dalam sistemnya mempunyai kekurangan dan kelebihan. Maka dari itu
mempelajai filsafat memang tidak mudah, namun kita pun jangan menyerah ketika
belajar filsafat,kita harus bersungguh-sungguh agar kita dapat memahaminya.
Dalam
filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran yang memberikan implikasi sendiri
terhadap pemikiran tentang pendidikan, yang mungkin dapat kita terapkan dalam
sistem pendidikan di Indonesia, dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui
aliran mana yang baik untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, beberapa
aliran dalam filsafat pendidikan diantaranya yaitu:
Filsafat
Pendidikan Idealisme
Salah
satu aliran dalam filsafat adalah idealisme. Dalam idealisme lebih menonjolkan
bahwa jiwa manusia merupakan unsur yang paling penting dalam hidup dibandingkan
yang bersifat material. Sehingga menurut filsuf idealisme bahwa dunia yang kita
pijak, yang kita sentuh merupakan dunia bayangan bukan dunia yang sebenarnya.
Telah
kita pahami bahwa salah satu peran filsafat adalah untuk membimbing manusia
untuk berfikir, pemahaman ini pula yang digunakan para filsuf idealisme yang
menyakini bahwa manusia mendapatkan pengetahuan melalui proses berfikir
tersebut. Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh oleh orang-orang yang memiliki
pikiran yang baik saja.
Dalam
filsafat setiap alirannya dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mencapai
pendidikan yang sempurna. Begitupun dengan aliran idealisme,untuk mencapai
pendidikan yang ideal atau sempurna, idealisme berkeyakinan keunggulan itu
harus ada dan berpusat pada guru,
seorang guru harus pandai bukan hanya dalam bidang intelektual saja namun juga
dalam hal moral. Guru juga harus kreatif untuk mengembangkan bakat para siswa, sehingga
siswa dapat nyaman dan bebas untuk mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Sesuai
dengan tujuan pendidikan menurut aliran idealisme bahwa pendidikan adalah untuk
membantu perkembangan pikiran dan diri siswa. Agar guru berhasil untuk mencapai
tujuan tersebut, sangat diharapkan ketika proses pembelajaran guru dapat
memancing siswa untuk berfikir dan bisa mendapatkan wawasan yang luas.
Namun
menurut saya apabila alam semesta ini hanya berupa bayangan berarti selama ini
kita hidup dalam bayang-bayang,hidup dalam dunia khayal belaka bukan dunia yang
nyata. Jika memang benda yang ada di sekeliling kita itu merupakan hasil
perwujudan dari pikiran manusia saja, maka seharusnya apabila sekarang kita
sedang menginginkan suatu benda maka kita tidak usah membelinya karena dengan
memikirkannya atau membayangkannya maka benda tersebut langsung ada di hadapan
kita. Tapi nyatanya tidak , apabila kita menginginkan sesuatu kita harus
berusaha terlebih dahulu untuk dapan memenuhi atau untuk dapat menghadirkan
sesuatu yang kita inginkan tersebut ada di hadapan kita.
Filsafat
Pendidikan Realisme
Selain
idealisme dalam filsafat terdapat pula aliran realisme. Filsafat realisme
merupakan kebalikan dari filsafat idealisme. Seperti awalan kata namanya Real, aliran filsafat realisme meyakini
bahwa alam semesta dan seisinya merupakan nyata sesuai dengan apa yang kita
lihat bukan dunia bayangan seperti apa yang diyakini oleh para filsuf
idealisme. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan alam karena manusia merupakan
bagian dari alam.
Ketika
manusia lahir, jiwa dan fikiran manusia dalam keadaan kosong seperti kertas
putis yang masih bersih belum ada coretan tintanya, sehingga untuk menuliskan
tinta-tinta di kertas kosong tersebut manusia harus mengisinya dengan
pengetahuan. Dalam aliran realisme meyakini bahwa yang dilihat dan dirasakan oleh alat indra kita merupakan nyata
sehingga dengan alat indra tersebut pula manusia mendapatkan pengetahuan.
Menurut
aliran realisme manusia tidak bisa dipisahkan dengan alam, sehingga manusia
harus bisa beradaptasi dengan lingkungan, namun tidak hanya lingkungan alam
saja, manusia juga harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, itu
merupakan tujuan pendidikan dari aliran realisme, karena dalam realisme ini manusia atau siswa harus bisa beradaptasi
dengan lingkungan , sehingga dalam kurikulum pendidikannya berpusat pada
masyarakat. Untuk mencapai sistem pendidikan yang baik, menurut aliran realisme
siswa harus mencapai prestasi sesuai apa yang menurut gurunya baik, guru pula
lah yang menguasai kelas, sehingga dalam hal ini metode yang digunakan itu
bersifat otoriter, karena siswa hanya sepenuhnya ikut apa yang diinginkan guru,
dan guru juga yang berkuasa dalam kelas.
Namun
menurut saya aliran realisme ini ada sedikit kekurangan, seperti dapat kita
lihat ketika kita memahami tujuan pendidikan menurut aliran realisme yang ingin
mengarahkan pendidikan agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
itu berarti bakat, minat dan tujuan pribadi siswa kurang dihargai, karena
ketika siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan berarti siswa harus
memendam apa yang diinginkannya ketika yang diinginkannya tersebut tidak sesuai
dengan keadaan lingkungan sekitar. Begitupun dengan guru yang berkuasa penuh di
dalam kelas dan siswa harus mencapai prestasi yang baik menurut gurunya, namun
hal yang menurut gurunya baik belum tentu menurut orang lain baik. Siswapun
tidak dapat berkreasi di kelas untuk menciptakan kelas yang nyaman menurut
siswa dalam proses pembelajaran karena semua telah diatur penuh oleh guru.
Filsafat
Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme
merupakan salah satu aliran dalam filsafat pendidikan. Menurut aliran ini bahwa
segala sesuatu yang telah terjadi dan dialami manusia atau pengalaman itu
merupakan hal yang terjadi ketika adanya hubungan dan interaksi yang didalamnya
individu tersebut terlibat dan pengalaman tersebut terus menerus berubah.
Begitupun dengan dunia ini yang sedang dan akan terus berubah, namun kita
sebagai manusia tidak dapat menghindar dari perubahan dan permasalahan yang
akan muncul di dunia ini selama kita menjalani hari-hari dan selama
pengalaman-pengalaman yang akan kita lalui itu terjadi.
Segala
sesuatu dapat diperoleh dari pengalaman, dan pengalaman mengenai fenomena itu
menentukan pengetahuan, namun karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
pengalaman itu terus menerus berubah maka pengetahuan dan kebenaran mengenai
fenomena itu pun pasti akan berubah.
Dalam
bidang pendidikan aliran Pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus
memiliki tujuan untuk menyediakan pengalaman yang dapat berguna untuk
memecahkan permasalahan ataupun hal-hal baru dalam kehidupan individu itu
sendiri ataupun kehidupan sosialnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut maka diharapkan kurikulumnya pun dapat menunjang, dengan tujuan
pendidikan yang seperti itu maka kurikulumnya pun harus berisi tentang pengalaman-pengalaman
yang memang sudah teruji yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Karena
kurikulum ini berisi tentang pengalaman maka kurikulum ini pun tidak bersifat
mutlak, namun dapat berubah. Sehingga para pendidik pun diharapkan untuk dapat
membimbing siswa agar dapat menemukan pengalaman yang dapat dijadika pelajaran
dan berharga bagi individu namun tidak terlalu ikut campur dengan minat dan
kebutuhan yang dimiliki oleh siswa.
Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman dan
pengalaman akan terus berubah, maka apakah di dunia ini tidak ada ilmu yang
pasti, sehingga kemungkinan pula pendidikan akan berubah-ubah, apabila sering
berubah-ubah maka tujuan pendidikan yang akan dicapai menjadi tidak jelas,
sehingga dengan ketidak pastiannya itu bukannya kita dapat memperbaiki sistem
pendidikan namun mungkin pendidikan lambat laun akan kehilangan arah.
Filsafat
Pendidikan Scholastisisme
Aliran
dalam filsafat pendidikan lain diantaranya adalah scholastisisme, dalam aliran
ini para filsuf scholastisime meyakini bahwa apapun yang ada di dunia ini
merupakan ciptaan Tuhan. Sehingga Tuhan merupakan Pencipta dan Sumber Kebenaran
sejati. Manusia dapat memperoleh kebenaran yang sejati tersebut dengan
keimanan, namun para filsuf scholastisisme pun tidak memungkiri bahwa kebenaran
dapat kita dapatkan dengan cara berfikir mengenai benda-benda yang nyata. Manusia
hidup di dunia harus selalu berbuat kebaikan agar manusia dapat dekat dengan
Tuhan karena Tuhan merupakan kebaikan terakhir dan tujuan hidup manusia adalah
untuk kembali kepada Tuhan.
Dari
beberapa uraian mengenai aliran scholastisisme diatas para calon pendidik dapat
menerapkan pemikiran aliran scholastisisme tersebut dalam pendidikan dengan
menggunakan kurikulum pendidikan yang tidak hanya berisi tentang pengetahuan
tentang ilmu kemanusiaan saja, namun juga isi pendidikan harus berisi tentang
ilmu agama, karena sesuai dengan tujuan pendidikan menurut aliran
scholastisisme yaitu pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelektual
saja atau bukan hanya untuk bekal kehidupan bahasia di dunia saja karena
manusia juga harus diberi pengetahuan tentang agama, dengan pengetahuan agama
manusia diharapkan bisa dekat dengan Tuhan, untuk mencapai hidup selamat di
dunia dan akherat.
Dalam
hal ini seorang guru diharapkan dapat menjadi teladan yang baik untuk siswa,
guru juga harus dapat berbuat kebajikan sehingga apabila sikap guru yang selalu
berbuat kebajikan dan dapat ditiru oleh siswanya maka tujuan pendidikan
tersebut dapat tercapai, namun tidak lupa pula guru harus tetap dapat memberi
siswa bantuan untuk dapat mengembangkan pengetahuan umum, terampil dalam
berpikir.
Aliran
scholastisisme menurut saya sudah hampir sempurna, karena dalam pendidikan
siswa tidak hanya dibimbing dalam pengetahuan intelektual saja namum diarahkan
untuk menjadi manusia yang dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akherat.
Filsafat
Pendidikan Eksistensialisme
Selain
aliran-aliran yang telah di jelaskan diatas, dalam filsafat pendidikan pun
masih terdapat aliran eksistensialisme. Dalam aliran eksistensialisme ini
beranggapan bahwa benda-benda yang ada di sekeliling kita itu terletak begitu
saja tanpa ada hubungannya dengan manusia, namun akan berarti apabila memang
benda tersebut dihubungkan dengan manusia. Tidak hanya benda yang menurut
aliran eksistensialisme terletak begitu saja, namun manusia pun berada dibumi
seperti terdampar, karena manusia tidak mengetahui mengapa dia ada di dunia
ini, dengan tujuan apa manusia
diciptakan.
Walaupun
pada awalnya manusia tidak mengetahui dengan tujuan apa manusia diciptakan
didunia ini, namun bukan berarti dengan keberadaan manusia di dunia ini manusia
hanya berdiam diri saja, akan tetapi manusia harus dapat melanjutkan
eksistensinya, manusia diberi kebebasan untuk dapat menetapkan pilihan namun
tentu saja harus bertanggung jawab dengan apa yang memang sudah menjadi
pilihannya.
Manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, namun ari pengalaman menurut filsuf
eksistensialisme adalah pengalaman yang terjadi dan terhayati oleh individu itu
sebagai pribadi.
Para
filsuf eksistensialisme berpendapat bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk
membantu siswa mendapatkan pengalaman yang luas sehingga dapat menjadikan
pelajaran untuk mewujudkan eksistensinya sebagai manusia. Sehingga guru
berperan sebagai pembimbing, guru tidak boleh memaksakan kehendak pribadi ataupun tujuan-tujuan yang merupakan keinginan pribadi dari pendidik itu
sendiri.
Dalam
aliran eksistensialisme manusia banyak diberikan kebebasan, begitupun
penerapannya dalam pendidikan aliran eksistensialisme ini memberi kebebasan
kepada individu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan kegiatan
belajar sendiri, karena menurut para eksistensialis tujuan pendidikan yang
paling utama adalah untuk membantu siswa secara individu. Guru hanya membimbing
siswa ketika siswa menghadapi masalah untuk memberi pemahaman kepada siswa
mengenai masalah yang sedang dihadapi siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan
masalahnya.
Setiap
aliran dalam filsafat pendidikan pasti mempunyai kekurangan, seperti halnya
aliran eksistensialisme. Karena menurut saya dalam aliran ini manusia terlalu
diberi kebebasan, sehingga mungkin saja ada beberapa orang yang menyalah
gunakan kebebasan tersebut. Jika memang manusia diberikan kebebasan seharusnya
ada pedoman yang membatasi kebebasan yang seperti apa yang bisa kita pilih
sebagai salah satu wujud cara manusia melanjutkan eksistensinya.
Progresivisme
Progresivisme
merupakan gerakan pendidikan yang dipelopori oleh suatu perkumpulan yang
dilandasi oleh konsep-konsep filsafat, namun ada pula yang berpendapat bahwa
progresivisme adalah aliran dari filsafat. Filsafat Pragmatisme merupkan aliran
filsafat yang menjadi landasan bagi gerakan progresivisme, karena progresivisme
dan filsafat pragmatisme berada pada zaman yang sama sehingga banyak
kesamaannya.
Kesamaan
tersebut dapat dilihat dari pendapat progresivisme dan aliran pragmatisme
mengenai sumber pengetahuan yang manusia peroleh, ke duanya berpendapat bahwa
pengalaman merupakan sumber dari pengetahuan, dan kebenarannya pun dapat
berubah sesuai dengan pengalaman yang dialami.
Serta nilai-nilai itu bersifat relatif, tidak eksklusif.
Progresivisme
menentang pendidikan yang bersifat otoriter dan proses pembelajaran yang
menjenuhkan untuk siswanya. Pendidikan dianggap mampu membina kebudayaan baru
sehingga dapat membantu manusia menghadapi masalah-masalah di hari yang akan
datang,maka individu-individu yang membangun kebudayaan baru tidak mewarisi
nilai-nilai dari generasi yang telah lalu.
Pendidikan
memiliki tujuan untuk menghasilkan peserta didik yang mempunyai keahlian dalam
memecahkan masalah, bukan hanya masalah pribadi saja namun juga masalah sosial
yang timbul, sehingga metode yang sesuai adalah metode pemecaha, penyelidikan
dan penemuan masalah. Untuk itu pendidik harus bisa membimbing siswa agar
ketika siswa menemukan masalah siswa dapat menyelesaikannya.
Dilihat
dari pendapat progresivisme mengenai sumber pengetahuan manusia adalah
pengalaman, namun mengapa progresivisme tidak mewariskan nilai-nilai yang ada
dari generasi terdahulu, bukankan apabila ada pengalaman berarti kita telah
melawati masa terdahulu dan pernah mengambil suatu pelajaran dimasa terdahulu
itu. Jadi tidak ada salahnya bagi seorang pendidik untuk mengajarkan atau
memberi tahu nilai-nilai warisan dari generasi terdahulu sebagai pembelajaran
dan pengetahuan untuk generasi saat ini dan lebih baik jika kebudayaan itu
tidak ditinggalkan.
Esensialisme
Sama
halnya dengan progresivisme, esensialisme merupakan gerakan pendidikan dan juga sebagai bagian dari
aliran filsafat pendidikan. Esensialisme didukung oleh aliran filsafat
Idealisme dan Realisme. Namun walaupun Idealisme dan Realisme mendukung
Esensialisme namun mereka tidak menyatu karena masing-masing aliran tersebut
masih tetap pada pendapatnya.
Esensialisme
berkeyakinan bahwa dunia ini dikuasai oleh tata atau order tertentu yang
mengatur dunia ini, sehingga perilaku manusia, benda-benda yang ada di dunia
ini harus sesuai dengan tata tersebut. Dalam aliran ini berusaha untuk mencari
dan mempertahankan sesuatu apapun yang bersifat mutlak yang menentukan
keberadaannya.
Dalam
hal pendidikan esensialisme beranggapan bahwa pendidikan harus dibangun dengan
nilai-nilai yang sudah ada dan teruji
kebenarannya dari waktu ke waktu.Sehingga bagi para pengikut aliran
esensialisme ini pendidikan merupakan usaha manusia untuk menjaga kebudayaan.
Karena kebudayaan yang telah teruji merupakan esensial yang dapat memberikan
arah untuk kehidupan manusia dimasa kini dan masa yang akan datang.
Maka
tujuan dari pendidikan adalah untuk memelihara kebudayaan untuk menjamin
hubungan sosial yang baik dan menciptakan kesejahteraan umum. Untuk itu guru
harus berperan sebagai penghubung antara kehidupan masyarakat dengan diri siswa,dalam
proses pembelajarannya guru harus menekankan pada kedisiplinan dan kerja keras.
Menurut
saya esensialisme jangan hanya membangun pendidikan dari nilai-nilai yang sudah
ada saja, namun pendidikan juga harus bisa memberikan inovasi, pendidikan juga
harus terus mencari dan melahirkan nilai-nilai yang baru sehingga dapat
menyempurnakan sistem pendidikan.
Perenialisme
Perenialisme
ini lahir karena sebagai reaksi terhadap kehidupan manusia modern yang krisis
kebudayaan. Perenialisme berpendapat bahwa realitas itu bersifat umum, ada
dimanapun dan sama di setiap waktu. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui
berpikir, dengan itu manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang diri individu
dan dunia.
Tetapi
manusia akan mendapat pengetahuan yang sesuai apabila pengetahuan tersebut
didapatkan berdasarkan bantuan wahyu, dan pengetahuan yang berdasarkan wahyu
merupakan pengetahuan yang paling sempurna atau paling tinggi. Hakikat nilai
menurut aliran perenialisme adalah nilai-nilai yang bersifat spiritual karena sifat
spiritual merupakan sesuatu nilai yang sempurna dan bersumber dari Tuhan.
Perenialisme
mengakui bahwa science dan filsafat mempunyai hubungan dengan filsafat, namun
filsaf at mempunyai kedudukan yang lebih tinggi ketimbang science, karena
filsafat merupakan induk ilmu. Science memiliki ketergantungan tersendiri
terhadap filsafat untuk mendapatkan
asas-asas mendasar pengetahuan.
Bagi
perenialisme pendidikan adalah proses pengembalian manusia sekarang seperti
kebudayaan manusia dimasa yang terdahulu, karena perenialisme beranggapan bahwa
kebudayaan dimasa yang lalu merupakan kebudayaan yang ideal. Prinsip-prinsip
pendidikan bersifat universal dan abadi. Selain itu pendidikan dipandang
sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan pendidikan itu merupakan hidup itu
sendiri.
Karena
menurut perenialisme ini nilai-nilai bersifat universal maka tujuan dari
pendidikan ini adalah untuk membantu siswa menemukan dan menerapkan nilai-nilai
kebenaran yang abadi agar kita bisa
mencapai dan menerapkan kebajikan dan kebenaran
dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga
peranan guru disini adalah sebagai orang yang membantu siswa mengembangkan
potensi dalam diri siswa dan melakukan otoritas moral untuk anak didiknya.
Untuk bisa mewujudkan itu maka seorang guru harus sering mengajak siswanya
membaca buku dan diskusi. Kurikulumnya pun berpusat pada materi pembelajaran.
Sebagai pusat kurikulum maka materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak
didik harus bersifat universal, abadi dan formal.
Namun
menurut saya apabila pengetahuan yang sempurna hanya bisa didapatkan dengan
bantuan wahyu, maka selama tidak mungkin kita sebagai manusia biasa akan
mendapatkan pengetahuan yang sempurna secara langsung, karena hanya orang
tertentu saja yang bisa mendapatkan wahyu.
Anggapan
perenialisme bahwa pendidikan adalah sebagai proses pengembalian manusia masa
sekarang ke masa terdahulu menurut saya kurang tepat, karena dengan pendidikan
manusia banyak yang berinovasi banyak menemukan penemuan-penemuan yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan manusia saat ini ataupun masa yang akan datang.
Contohnya saja ketika zaman dahulu manusia akan bepergian dari satu pulau ke
pulau yang lain butuh waktu yang sangat
lama, karena pada masa itu belum ada kendaraan, namun sekarang berkat
pendidikan, nberkat kemajuan teknologi manusia dapat pergi keluar negeri
mungkin hanya menempuh waktu beberapa jam saja.
Namun
bukan berarti kita harus melupakan masa yang lalu, karena dengan masa lalu kita
bisa belajar dengan pengalaman yang memang sudah terjadi, namun bukan berarti
kita harus kembali kemasa lalu itu.
Filsafat
Pendidikan Konstruktivisme
Filsafat
Konstruktivisme memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia pendidikan
terlebih dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Menurut Konstruktivisme
sebuah kenyataan itu fenomena bagi yang menangkapnya dan dipahami betul-betul.
Seseorang mengetahui sesuatu jika ia
dapat menjelaskan unsur-unsur apa saja yang membangun pengetahuannya itu dan
mengetahui bagaimana membuat atau mewujudkan sesuatu itu.
Menurut
aliran konstruktivisme manusia itu harus aktif untuk membangun dan mencari
pengetahuannya. Proses menjadi manusia ada dalam hubungan dengan lingkungannya,
baik itu di lingkungan alam ataupun lingkungan manusiawinya. Pengetahuan
bukanlah gambaran dunia kenyataan yang ada, namun merupakan bentukan kenyataan
dari kegiatan seseorang.
Bagi
Konstrutivis kebenaran pengetahuan ituada tingkatannya, karena apabila kita
menghadapi permasalahan belum tentu pengetahuan tersebut sesuai untuk
memecahkan permasalahan tersebut, sehingga ada pengetahuan yang berlaku hanya
untuk masalah tertentu saja adapula pengetahuan yang memang bisa berlaku untuk
bisa menjadi solusi segala macam permasalahan.
Kontruksivisme
beranggapan bahwa kegiatan pendidikan itu bukanlah suatu kegiatan memindahkan
ilmu atau memindahkan pengetahuan dari seorang guru ke muridnya, namun guru
berperan untuk membangun pengetahuan dalam diri siswa itu sendiri, memancing
siswa untuk bisa bersikap kritis.
Dengan ini dapat diketahui bahwa menurut
kontruksivisme bahwa pendidikan itu bertujuan untuk lebih memfokuskan pada
perkembangan konsep dan pengetahuan yang merupakan hasil dari pembangunan
pengetahuan yang aktif oleh siswa itu sendiri.Karena siswa dituntut aktiv untuk
dapat membangun pengetahuannya sendiri maka kurikulum yang digunakan pun harus
bisa ditemukan oleh diri siswa itu sendiri.
Aliran
filsafat ini menurut saya banyak ketidakpastian, karena apabila seorang siswa
harus mencari sendiri bagaimana pengetahuan itu dapat ia peroleh dan dapat dia
bangun dalam dirinya maka mungkin banyak siswa yang kebingungan, seharusnya ini
merupakan tugas seorang pendidik untuk dapat mengidentifikasi setiap anak
didiknya untuk dapat memberikan kenyamanan dalam mentransfer ilmu yang pendidik
miliki.
Filsafat
Pendidikan Nasional:Pancasila
Pancasila
merupakan dasar dan filsafat hidup bagi negara kita, Negara Republik Indonesia.
Maka sesungguhnya negara kita memiliki filosofis pendidikan sendiri dalam
sistem pendidikan. Oleh karena itu kita sebagai bangsa Indonesia perlu mengkaji
nilai yang terkandung dalam pancasila untuk dijadikan titik balik untuk praktek
pendidikan di Indonesia.
Bangsa
Indonesia meyakini bahwa adanya alam semesta ini tidak hanya ada begitu saja
namun ada yang menciptakan yaitu Tuhan YME. Begitupun manusia, manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Manusia diberi potensi oleh Tuhan untuk dapat
beriman dan berbuat baik,akan tetapi manusia pun dapat melakukan kejahatan
karena Tuhan pun memberikan hawa nafsu dalam diri manusia.Manusia bisa
memperoleh pengetahuan melalui utusan Tuhan ataupun lewat alam semesta dan
termasuk hukum-hukumnya. Tuhan merupakan sumber pengetahuan yang utama dan sumber pertama segala nilai.
Menurut
aliran ini pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik dapat aktif
mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Karena pendidikan
merupakan usaha yang sadar maka pendidikan pasti mempunyai tujuan yang jelas, maka menurut aliran ini tujuan
dari pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa, mandiri, menjadi warga negara yang baik. Tidak
seperti aliran-aliran lainnya yang menerakan kurikulum secara menyeluruh namun
di Negara kita Indonesia ini kurikulum disusun sesuai tingkatan jenjang
pendidikan.
Maka
untuk itu seorang pendidik harus bisa menjadi teladan bagi peserta didik,dan
pendidik pun harus bisa memberikan siswa kesempatan untuk dapat belajar
mandiri. Pada hakikatnya pendidikan diletakan pada usah untuk dapat menggali
dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik agar tidak hanya
bisa mencapai perubahan namun juga diharapkan para peserta didik dapat menjadi
agen atau pelopor dari suatu perubahan.
Setiap
aliran dalam filsafat pendidikan pasti berusaha untuk menghasilkan pemikiran
yang sempurna untuk diterapkan dalam
sistem pendidikan, begitupun dengan aliran filsafat pendidikan nasional,
pancasila, sistemnya sudah cukup baik namun mungkin penerapannya saja yang
masih banyak kekurangan, karena pendidik terkadang masih sulit untuk bisa
mengidentifikasi potensi yang terdapat dalam diri peserta didik sehingga
pendidik belum dapat mengarahkan ataupun mengembangkan petensi yang masih
terpendam dalam diri peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar